Rabu, 27 Oktober 2010

Si Mbah nan Sahaja

Mbah Marijan Meninggal, Sehari menjelang letusan Gunung Merapi, Mbah Maridjan masih bercengkerama dengan para wartawan di halaman rumahnya, sekitar empat kilometer dari puncak Merapi. Sesekali ia menutup muka pertanda enggan diambil gambarnya.

Mbah Marijan Meninggal - Kepada wartawan yang bertanya kenapa ia enggan dievakuasi, Mbah Maridjan menjawab, "Merapi adalah rumah saya. Saya di sini saja. Di sini saya tidak kesepian."

Sejak dipercaya sebagai juru kunci Merapi oleh Sultan Hamengkubuwono IX sekitar 28 tahun lalu, Mbah Marijan yang diberi nama Mas Penewu Suraksohargo memang terus menjaga amanah. Empat tahun lalu, ketika Merapi memuntahkan awan panas, si Mbah pun tetap bertahan dan menolak diungsikan dari rumahnya.

Saat Merapi masih berstatus "awas", Mbah Marijan malah disebut-sebut pergi ke sekitar puncak Merapi dan bersemedi di sana. Hal inilah yang melambungkan nama Mbah Maridjan. Pengabdiannya sebagai juru kunci tidak tersaingi oleh siapa pun.

Setiap Gunung Merapi akan meletus, warga setempat selalu menunggu komando si Mbah untuk mengungsi. Karena keberaniannya itu, ia pun sempat ditunjuk menjadi bintang iklan minuman berenergi.

Selain sebagai juru kunci Merapi, Mbah Maridjan juga tercatat sebagai pengurus Dewan Pimpinan Ranting Nahdhatul Ulama. Terkait sikap enggan Mbah Maridjan untuk mengungsi, Ketua Umum PBNU Hasyim Muzyadi yang berkunjung ke rumahnya sempat berkomentar, "Biarlah.Beliau kan memiliki dimensi keilmuan sendiri. Biarkan dengan dimensi dan dunianya sendiri, sementara secara awam dan rasional, masyarakat berjaga-jaga."

Merapi kembali memuntahkan awan panas dan debu, Selasa (27/10) sore. Si Mbah pun kembali menolak untuk diungsikan bersama keluarganya. Berbeda dengan pada 2006 lalu, sikap teguh Mbah Maridjan justru mengantarkannya pada kematian.

Sang juru kunci ditemukan meninggal dalam kondisi bersujud di rumahnya. Di sekitarnya juga ditemukan belasan jasad korban lain yang terbakar wedhus gembel alias awan panas Merapi.

Meski telah menghembuskan nafas terakhir, kesederhanaan dan pengabdian Mbah Maridjan akan selalu dikenang warga Merapi. Ya, si Mbak nan sahaja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar